AWWALAN

Sabtu, 25 Agustus 2012

Biografi Imam Al-Bukhari:
 Bayi Ajaib
Dari Bukhara

Buta di masa kecilnya. Keliling dunia mencari ilmu. Menghafal ratusan ribu hadits.
Karyanya menjadi rujukan utama setelah Al Qur’an.
Lahir di Bukhara pada bulan Syawal tahun 194 H. Dipanggil dengan Abu Abdillah.
Nama lengkap beliau Muhammmad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al
Bukhari Al Ju’fi. Beliau digelari Al Imam Al Hafizh, dan lebih dikenal dengan sebutan
Al Imam Al Bukhari.
Buyut beliau, Al Mughirah, semula beragama Majusi (Zoroaster), kemudian masuk Islam
lewat perantaraan gubernur Bukhara yang bernama Al Yaman Al Ju’fi. Sedang ayah
beliau, Ismail bin Al Mughirah, seorang tokoh yang tekun dan ulet dalam menuntut ilmu,
sempat mendengar ketenaran Al Imam Malik bin Anas dalam bidang keilmuan, pernah
berjumpa dengan Hammad bin Zaid, dan pernah berjabatan tangan dengan Abdullah bin
Al Mubarak.
Sewaktu kecil Al Imam Al Bukhari buta kedua matanya. Pada suatu malam ibu beliau
bermimpi melihat Nabi Ibrahim Al Khalil ‘Alaihissalaam yang mengatakan, “Hai
Fulanah (yang beliau maksud adalah ibu Al Imam Al Bukhari, pent), sesungguhnya Allah
telah mengembalikan penglihatan kedua mata putramu karena seringnya engkau berdoa”.
Ternyata pada pagi harinya sang ibu menyaksikan bahwa Allah telah mengembalikan
penglihatan kedua mata putranya.
Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau
melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah,
Mesir, dan Syam. Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang
sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim,
Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin
Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad
bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, ‘Abdullah bin Raja’, Khalid
bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul
‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin
Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.
Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal
adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim.
Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau
pernah berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu
12
hadits yang tidak shahih”. Pada kesempatan yang lain belau berkata, “Setiap hadits yang
saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.
Beliau juga pernah ditanya oleh Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau
hafal sanad dan matan setiap hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau
susun (maksudnya : kitab Shahih Bukhari -red)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang
saya masukkan ke dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi
saya”.
Anugerah Allah kepada Al Imam Al Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah
mencapai puncaknya. Tidak mengherankan jika para ulama dan para imam yang sezaman
dengannya memberikan pujian (rekomendasi) kepada beliau. Berikut ini adalah sederet
pujian (rekomendasi) termaksud:
Muhammad bin Abi Hatim berkata, “ Saya mendengar Abu Abdillah (Al Imam Al
Bukhari) berkata, “Para sahabat ‘Amr bin ‘Ali Al Fallaas pernah meminta penjelasan
kepada saya tentang status (kedudukan) sebuah hadits. Saya katakan kepada mereka,
“Saya tidak mengetahui status (kedudukan) hadits tersebut”. Mereka jadi gembira dengan
sebab mendengar ucapanku, dan mereka segera bergerak menuju ‘Amr. Lalu mereka
menceriterakan peristiwa itu kepada ‘Amr. ‘Amr berkata kepada mereka, “Hadits yang
status (kedudukannya) tidak diketahui oleh Muhammad bin Ismail bukanlah hadits”.
Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang
diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama
menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah
kitab suci Al Quran.
Ketakwaan dan keshalihan Al Imam Al Bukhari merupakan sisi lain yang tak pantas
dilupakan. Berikut ini diketengahkan beberapa pernyataan para ulama tentang ketakwaan
dan keshalihan beliau agar dapat dijadikan teladan.
Abu Bakar bin Munir berkata, “Saya mendengar Abu Abdillah Al Bukhari berkata, “Saya
berharap bahwa ketika saya berjumpa Allah, saya tidak dihisab dalam keadaan
menanggung dosa ghibah (menggunjing orang lain)”.
Abdullah bin Sa’id bin Ja’far berkata, “Saya mendengar para ulama di Bashrah
mengatakan, “Tidak pernah kami jumpai di dunia ini orang seperti Muhammad bin Ismail
dalam hal ma’rifah (keilmuan) dan keshalihan”.
Sulaim berkata, “Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri semenjak
enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya tentang ajaran Islam, leblih
wara’ (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada Muhammad bin Ismail.”
Al Firabri berkata, “Saya bermimpi melihat Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam di dalam
tidur saya”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada saya, “Engkau hendak
menuju ke mana?” Saya menjawab, “Hendak menuju ke tempat Muhammad bin Ismail
13
Al Bukhari”. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berkata, “Sampaikan salamku
kepadanya!”
Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai
usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di
Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al
Bukhari.
Maraji’:
Siyar A’laam An-Nubala’ karya Al Imam Adz-Dzahabi
Hadyu As Saari Muqaddimah kitab Fathul Bari karya Al Hafidz Ibnu Hajar Al Atsqalani
Sumber: Majalah As Salam no VI/Tahun II - 2006 M/ 1427 H
Judul asli: “Bayi Ajaib Dari Bukhara”
Dicopy dari: www.ghuroba.blogsome.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar