AWWALAN

Jumat, 26 Juli 2013

Akhlak Nabi Muhammad SAW



  Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui sayyidina Umar dan dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Nabi Muhammad saw !". sayyidina Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui sayyidina Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, sayyidina Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Orang Badui ini mulai heran. Bukankah sayyidina Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula sayyidina Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Nabi Muhammad saw. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui  sayyidina Ali. sayyidina Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini...." sayyidina Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"

Badui ini lalu menemui sayyidah Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Nabi Muhammad saw itu Al-Qur'an). Seakan-akan sayyidah Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. sayyidah Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun[23]: 1-11.

Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.

Mari kita kembali ke sayyidah Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, "ah semua perilakunya indah." Ketika didesak lagi, sayyidah Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. "Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'" Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.

Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati sayyidah Aisyah ketika menjelang subuh sayyidah Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. sayyidah Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. sayyidah Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu." Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya." Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.

Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi.
Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.

Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap sayyidina Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. sayyidina Abu Bakar-lah yang menemani Rasul ketika hijrah. sayyidina Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit. Tentang sayyidina Umar, Rasul pernah berkata, "Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta'wil) mimpimu itu? Rasul menjawab ilmu pengetahuan."

Tentang sayyidina Utsman, Rasul sangat menghargai sayyidina Ustman karena itu sayyidina Utsman menikahi dua putri nabi, hingga sayyidina Utsman dijuluki dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai sayyidina Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan sayyidina Ali. "Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." "Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik."

Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah...ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.

Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah pun sangat menghormati Nabi Muhammad. Buktinya, dalam Al-Qur'an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad, Allah menyapanya dengan "Wahai Nabi". Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau.

Para sahabatpun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada Nabi. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap rasul. Mereka ingin Rasul menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi memutuskan siapa, sayyidina Abu Bakar berkata: "Angkat Al-Qa'qa bin Ma'bad sebagai pemimpin." Kata sayyidina Umar, "Tidak, angkatlah Al-Aqra' bin Habis." sayyidina Abu Bakar berkata ke sayyidina Umar, "Kamu hanya ingin membantah aku saja," sayyidina Umar menjawab, "Aku tidak bermaksud membantahmu." Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya (al-hujurat 1-2)
Setelah mendengar teguran itu sayyidina Abu Bakar berkata, "Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia." sayyidina Umar juga berbicara kepada Nabi dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu sayyidina Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi.

Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi'ah. Ia berkata pada Nabi, "Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami"
Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, "Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?" "Sudah." kata Utbah. Nabi membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya. 

Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana Nabi dengan sabar mendegarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara. Jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah!

Ketika Nabi tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji Nabi bahwa Nabi akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi? "Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu." Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi janji adalah suatu yang sangat agung. Meskipun Nabi merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah, bagi Nabi janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi telah menyerap di sanubari kita atau tidak.

Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi berkata pada para sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!" Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, "Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini." Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya sayyidina Umar langsung berdiri dan siap "membereskan" orang itu. Nabi melarangnya. Nabi pun menyuruh sayyidina Bilal mengambil tongkat ke rumah Nabi. sayyidah Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi keheranan ketika Nabi meminta tongkat. Setelah sayyidina Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, sayyidah Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul berikan pada mereka.

Rasul memberikan tongkat  tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi. Nabi berkata, "lakukanlah!" Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah." Seketika itu juga terdengar ucapan, "Allahu Akbar" berkali-kali. sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sebelum Allah memanggil Nabi.

Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran umat manusia. Jangan-jangan kita menjadi orang yang muflis. Na'udzu billah..... 

Nabi Muhammad ketika saat haji Wada', di padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, "Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?" Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi melanjutkan, "Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian, bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah ku sampaikan pada kalian wahyu dari Allah.....?" Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, "benar ya Rasul!"
 
Rasul pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, "Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah!". Nabi meminta kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah."Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat ingin ditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi kami. Ya Allah saksikanlah...Ya Allah saksikanlah Ya Allah saksikanlah"

Senin, 22 Juli 2013

HENDRA DAN GUS MIEK (kh. hamim djazuli)

Cara mengentaskan saudara-saudara yang terjerembab di lembah hitam memang variatif. Ada yang memilih jalur kepruk dan anarkisme sembari menyerobot alih tugas aparat, ada yang memegang “kepala ular” alias pimpinan komplotan dengan cara elegan dan memanusiakan manusia sebagaimana yang dilakukan oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin dan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf, dan ada pula yang masuk ke “sarang harimau” lalu menjinakkannya karena sudah memiliki kemampuan “pawang”. Metode ketiga ini dilakukan oleh Allah Yarham KH. Chamim Djazuli alias Gus Miek.

Cara kedua dan ketiga, saya kira, lebih manusiawi, elegan, dan berkelas. Inilah alasan mengapa saya selalu takjub pada dengan caranya yang khas memanusiakan manusia. Mereka bekerja dalam sunyi, menawarkan alternatif, tanpa slogan bombastis, tanpa parade ekstravagan, tanpa cacimaki, dan tetap realistis memandang realitas. Mereka berusaha menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Inilah yang, bagi saya pribadi, sebuah cara yang ekselen alias ahsan.

Dalam coretan ini, saya menulis sekilas kiprah Gus Miek, salah satu kiai yang dengan caranya yang khas, khariqul adah, dan kontroversial, berusaha merangkul manusia-manusia yang dinista, dipinggirkan, dan dihinakan.

Kisah seputar kelihaian Gus Miek mengentaskan manusia dari jurang kekelaman, penulis dapatkan dari seorang jamaah Dzikrul Ghafilin, sebut saja namanya Hendra, asal Malang. Ia malang melintang di dunia malam Surabaya pada era 1980-an. Pria ini disadarkan Gus Miek di coffe shop Hotel Elmi Surabaya. "Di sudut keremangan, saya melihat sosok Gus Miek, yang pakai topi koboi. Aneh, wajahnya bercahaya. Saya dekati dia, ada senyum yang menentramkan hati. Uniknya, dia tahu seluk beluk diri saya dan semua perjalanan hidup saya. Setelah ngobrol santai, dia hanya bilang singkat, bahwa ibu saya—yang rajin ibadah--sekarang menangis di alam kubur saat melihat kondisi saya. Gus Mik menitipkan dari salam ibu buat saya," kata Hendra pada penulis di warung kopi Makam Sunan Ampel, Jumat dinihari, 6 Maret 2009.

Semenjak pertemuan dengan Gus Miek itu, Hendra—yang tubuhnya dirajah tato--- merasa ingin merindukan masjid. Saat mendengar info keberadaan Gus Miek, saat itu pula ia mengejar. "Kalau beruntung ya ketemu, salaman, minta doa sama beliau," kata pria yang kini menekuni usaha perkebunan ini. Sampai saat ini, Hendra mengaku rajin mengikuti jamaah Dzikrul Ghafilin di manapun. Setiap habis shalat, ia kirim fatihah dan kirim doa buat kedua orang tuanya, ini sesuai petunjuk Gus Miek. "Tentu saya juga berdoa dan kirim fatihah buat beliau (Gus Miek)," lanjutnya sambil menghisap kretek kesukaannya.

Dalam perbincangan selama dua jam itu, Hendra banyak berkisah tentang teman-temannya yang insaf gara-gara bertemu Gus Miek. "Kami merasa benar-benar dirangkul oleh Gus Miek, dialah yang mengajarkan kami makna kehidupan. Tentang pentingnya silaturrahmi, keutamaan membaca al-Qur'an, dan banyak lagi," terang pria berputra tiga ini. Ia menganggap gurunya sebagai tangan yang menariknya agar tak tenggelam dalam lumpur kemaksiatan. Tak lupa, ia juga menyuguhkan beragam kisah keramat tentang guru yang dicintainya itu.

Sebelum pamit, Hendra nitip harapan. "Seandainya para kiai sekarang berani bertaruh kehormatan, harga diri, dan nama baik untuk berdakwah di tempat-tempat maksiat seperti Gus Miek, saya ragu para kiai akan sanggup," kata Hendra.

Matanya mengembun. Saya hanya tersenyum mendengarnya.
---
Kisah ini pernah saya muat dalam buku “Cermin Bening Dari Pesantren: Potret Keteladanan Para Kiai" (Surabaya: Khalista, 2009)
--
Allahummaj'alid dunya tahta aidina wala taj'alha fi qulubina...

KH.HAMIM DJAZULI

KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK KYAI NYELENEH)


KH HAMIM TOHARI DJAZULI ATAU AKRAB DENGAN PANGGILAN GUS MIEK LAHIR PADA 17 AGUSTUS 1940,BELIAU ADALAH PUTRA KH. JAZULI UTSMAN (SEORANG ULAMA SUFI DAN AHLI TARIKAT PENDIRI PON-PES AL FALAH MOJO KEDIRI),GUS MIEK SALAH-SATU TOKOH NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN PEJUANG ISLAM YANG MASYHUR DI TANAH JAWA DAN MEMILIKI IKATAN DARAH KUAT DENGAN BERBAGAI TOKOH ISLAM TERNAMA, KHUSUSNYA DI JAWA TIMUR. MAKA WAJAR, JIKA GUS MIEK DIKATAKAN PEJUANG AGAMA YANG TANGGUH DAN MEMILIKI KEMAMPUAN YANG TERKADANG SULIT DIJANGKAU AKAL.

 SELAIN MENJADI PEJUANG ISLAM YANG GIGIH, DAN PENGIKUT HUKUM AGAMA YANG SETIA DAN PATUH, GUS MIEK MEMILIKI SPRITUALITAS ATAU DERAJAT KEROHANIAN YANG MEMPERKAYA SIKAP, TAAT, DAN PATUH TERHADAP TUHAN. NAMUN, GUS MIEK TIDAK MELUPAKAN KEPENTINGAN MANUSIA ATAU INTRAKSI SOSIAL (HABLUM MINALLAH WA HABLUM MINANNAS). HAL ITU DILAKUKAN KARENA GUS MIEK MEMPUNYAI HUBUNGAN DAN PERGAULAN YANG ERAT DENGAN (ALM) KH. HAMID PASURUAN, DAN KH. ACHMAD SIDDIQ, SERTA MELALUI KETERIKATANNYA PADA RITUAL ”DZIKRUL GHAFILIN” (PENGINGAT MEREKA YANG LUPA). GERAKAN-GERAKAN SPRITUAL GUS MIEK INILAH, TELAH MENJADI BUDAYA DI KALANGAN NAHDLIYIN (SEBUTAN UNTUK WARGA NU), SEPERTI MELAKUKAN ZIARAH KE MAKAM-MAKAM PARA WALI YANG ADA DI JAWA MAUPUN DI LUAR JAWA.HAL TERPENTING LAIN UNTUK DIKETAHUI JUGA BAHWA AMALAN GUS MIEK SANGATLAH SEDERHANA DALAM PRAKTIKNYA. JUGA SANGAT SEDERHANA DALAM MENJANJIKAN APA YANG HENDAK DIDAPAT OLEH PARA PENGAMALNYA, YAKNI BERKUMPUL DENGAN PARA WALI DAN ORANG-ORANG SALEH, BAIK DI DUNIA MAUPUN AKHIRAT.
AYAH GUS MIK KH.ACHMAD DJAZULI USMAN

GUS MIEK SEORANG HAFIZH (PENGHAPAL) AL-QURAN. KARENA, BAGI GUS MIEK, AL-QURAN ADALAH TEMPAT MENGADUKAN SEGALA PERMASALAHAN HIDUPNYA YANG TIDAK BISA DIMENGERTI ORANG LAIN. DENGAN MENDENGARKAN DAN MEMBACA AL-QURAN, GUS MIEK MERASAKAN KETENANGAN DAN TAMPAK DIRINYA BERDIALOG DENGAN TUHAN ,BELIAUPUN MEMBENTUK SEMA’AN ALQURAN DAN JAMA’AH DZIKRUL GHOFILIN.

GUS MIEK SELAIN DIKENAL SEBAGAI SEORANG ULAMA BESAR JUGA DIKENAL SEBAGAI ORANG YANG NYELENEH BELIAU LEBIH MENYUKAI DA’WAH DI KERUMUNAN ORANG YANG MELAKUKAN MAKSIAT SEPERTI DISCOTIQ ,CLUB MALAM DIBANDINGKAN DENGAN MENJADI SEORANG KYAI YANG TINGGAL DI PESANTREN YANG MENGAJARKAN SANTRINYA KITAB KUNING. HAMPIR TIAP MALAM BELIAU MENYUSURI JALAN-JALAN DI JAWA TIMUR KELUAR MASUK CLUB MALAM, BAHKAN NIMBRUNG DENGAN TUKANG BECAK, PENJUAL KOPI DI PINGGIRAN JALAN HANYA UNTUK MEMBERIKAN SEDIKIT PENCERAHAN KEPADA MEREKA YANG SEDANG DALAM KEGELAPAN. AJARAN-AJARAN BELIAU YANG TERKENAL ADALAH SULUK JALAN TERABAS ATAU DALAM BAHASA INDONESIANYA PEMIKIRAN JALAN PINTAS.
PERNAH DI CERITAKAN SUATU KETIKA GUS MIEK PERGI KE DISCOTIQ DAN DISANA BERTEMU DENGAN PENGUNJUNG YANG SEDANG ASYIK MENENGGAK MINUMAN KERAS, GUS MIEK MENGHAMPIRI MEREKA DAN MENGAMBIL SEBOTOL MINUMAN KERAS LALU MEMASUKKANNYA KE MULUT GUS MIEK SALAH SATU DARI MEREKA MENGENALI GUS MIEK DAN BERTANYA KEPADA GUS MIEK.” GUS KENAPA SAMPEYAN IKUT MINUM BERSAMA KAMI ? SAMPEYANKAN TAHU INI MINUMAN KERAS YANG DIHARAMKAN OLEH AGAMA ? LALU GUS MIEK MENJAWAB “AKU TIDAK MEMINUMNYA …..!! AKU HANYA MEMBUANG MINUMAN ITU KELAUT…!HAL INI MEMBUAT MEREKA BERTANYA-TANYA, PADAHAL SUDAH JELAS TADI GUS MIEK MEMINUM MINUMAN 

KERAS TERSEBUT. DILIPUTI RASA KEANEHAN ,GUS MIEK ANGKAT BICARA “SAMPEYAN SEMUA GA PERCAYA KALO AKU TIDAK MEMINUMNYA TAPI MEMBUANGNYA KELAUT..? LALU GUS MIEK MEMBUKA LEBAR MULUTNYA DAN MEREKA SEMUA TERPERANJAT KAGET DIDALAM MULUT GUS MIEK TERLIHAT LAUT YANG BERGELOMBANG DAN TERNYATA BENAR MINUMAN KERAS TERSEBUT DIBUANG KELAUT. DAN SAAT ITU JUGA MEREKA DIBERI HIDAYAH OLEH ALLOH SWT UNTUK BERTAUBAT DAN MENINGGALKAN MINUM-MINUMAN KERAS YANG DILARANG OLEH AGAMA. ITULAH SALAH SALAH SATU KAROMAH KEWALIYAN YANG DIBERIKAN ALLOH KEPADA GUS MIEK.
JIKA SEDANG JALAN-JALAN ATAU KELUAR, GUS MIEK SERING KALI MENGENAKAN CELANA JEANS DAN KAOS OBLONG. TIDAK LUPA, BELIAU SELALU MENGENAKAN KACA MATA HITAM LANTARAN LANTARAN BELIAU SERING MENANGIS JIKA MELIHAT SESEORANG YANG “MASA DEPANNYA” SURAM DAN TAK BERUNTUNG DI AKHERAT KELAK.

KETIKA BELIAU BERDA’WAK DI SEMARANG TEPATNYA DI NIAC DI PELABUHAN TANJUNG MAS.NIAC ADALAH SURGA PERJUDIAN BAGI PARA CUKONG-CUKONG BESAR BAIK DARI PRIBUMI MAUPUN KETURUNAN ,GUS MIEK YANG MASUK DENGAN SEGALA KELEBIHANNYA MAMPU MEMENANGI SETIAP PERMAINAN, SEHINGGA PARA CUKONG-CUKONG ITU MENGALAMI KEKALAHAN YANG SANGAT BESAR. NIAC PUN YANG SEMULA MENJADI SURGA PERJUDIAN MENJADI NERAKA YANG SANGAT MENAKUTKAN
SATU CONTOH LAGI KETIKA GUS MIEK BERJALAN-JALAN KE SURABAYA, KETIKA TIBA DI SEBUAH CLUB MALAM GUS MIEK MASUK KEDALAM CLUB YANG DI PENUHI DENGAN PEREMPUAN-PEREMPUAN NAKAL, LALU GUS MIEK LANGSUNG MENUJU WATRIES (PELAYAN MINUMAN) BELIAU MENEPUK PUNDAK PEREMPUAN TERSEBUT SAMBIL MENIUPKAN ASAP ROKOK TEPAT DI WAJAHNYA, PEREMPUAN ITUPUN MUNDUR TAPI TERUS DI KEJAR OLEH GUS MIEK SAMBIL TETAP MENIUPKAN ASAP ROKOK DIWAJAH PEREMPUAN TERSEBUT. PEREMPUAN TERSEBUT MUNDUR HINGGA TERBARING DI KAMAR DENGAN PENUH KETAKUTAN, SETELAH KEJADIAN TERSEBUT PEREMPUAN ITU TIDAK TAMPAK LAGI DI CLUB MALAM ITU.

PERNAH SUATU KETIKA GUS FARID (ANAK KH.AHAMAD SIDDIQ YANG SERING MENEMANI GUS MIEK) MENGAJUKAN PERTANYAAN YANG SERING MENGGANJAL DI HATINYA, PERTAMA BAGAIMANA PERASAAN GUS MIEK TENTANG WANITA ? “AKU SETIAP KALI BERTEMU WANITA WALAUPUN SECANTIK APAPUN DIA DALAM PANDANGAN MATAKU YANG TERLIHAT HANYA DARAH DAN TULANG SAJA JADI JALAN UNTUK SYAHWAT TIDAK ADA”JAWAB GUS MIEK.

PERTANYAAN KEDUA GUS FARID MENAYAKAN TENTANG KEBIASAAN GUS MIEK MEMAKAI KACA MATA HITAM BAIK ITU DIJALAN MAUPUN SAAT BERTEMU DENGAN TAMU…”APABILA AKU BERTEMU ORANG DIJALAN ATAU TAMU AKU DIBERI PENGETAHUAAN TENTANG PERJALANAN HIDUPNYA SAMPAI MATI. APABILA AKU BERTEMU DENGAN SESEORANG YANG NASIBNYA BURUK MAKA AKU MENANGIS, MAKA AKU MEMAKAI KACA MATA HITAM AGAR ORANG TIDAK TAHU BAHWA AKU SEDANG MENAGIS “JAWAB GUS MIEK

ADANYA SISTEM DA’WAK YANG DILAKUKAN GUS MIEK TIDAK BISA DI CONTOH BEGITU SAJA KARENA RESIKONYA SANGAT BERAT BAGI MEREKA YANG ALIM PUN SEKALIBER KH.ABDUL HAMID (PASURUAN) MENGAKU TIDAK SANGGUP MELAKUKAN DA’WAK SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH GUS MIEK PADAHAL KH.ABDUL HAMID JUGA SEORANG WALIYALLOH.

TEPAT TANGGAL 5 JUNI 1993 GUS MIEK MENGHEMBUSKAN NAPASNYA YANG TERAKHIR DI RUMAH SAKIT BUDI MULYA SURABAYA (SEKARANG SILOAM). KYAI YANG NYELENEH DAN UNIK AKHIRNYA MENINGGALKAN DUNIA DAN MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH ABADI DAN BERTEMU DENGAN TUHANNYA YANG SELAMA INI BELIAU RINDUKAN.


http://sachrony.wordpress.com/


Ramadhan Karim di Tarim Hadramaut Yaman

Kalo kita dengar atau baca artikel tentang Yaman, yang terbersit di pikiranku adalah Habib Umar Hafidh, lalu habib Munzir Al-musawa yang pernah menjadi santri di Darul Mustofa pimpinan Habib Umar Hafidh. Kali ini tim Sarkub ingin mengunggkap negeri Yaman (Negara terbanyak para waliyullahnya di dunia). Kali ini yang akan kami sajikan di sini adalah bagaimana suasana Ramadhan di Tarim Hadramaut, Yaman.

Jika Ramadhan tiba penduduk tarim yaman disana akan menutup pasar dan toko toko mereka pada pagi harinya sampai zuhur seakan tak ada kehidupan, selepas zuhur berlalu sebagian ada yg buka toko, sebagian lagi tetap di masjid mengaji hingga ashar, selepas ashar barulah aktifitas berlanjut. Saat magrib datang mereka shalat berjamaah dan bubar kerumah sebagian hanya buka lalu mengaji di masjid hingga isya dan tarawih, selepas tarawih baru mereka makan malam.
Di tarim, hadramaut, Yaman ada 4 waktu shalat tarawih yang bisa diikuti semuanya. Tarawih disana dimulai selepas isya kira kira jam 19.30, nanti jam 21.30 ada lagi masjid lainnya yg melakukan tarawih, nanti jam 23.30 ada lagi, jam 01.30 ada lagi, jam 02.30 ada lagi. Dalam semalam kita bisa melakukan tarawih sebanyak 20 x 3 atau 4 kali jika sanggup, bisa 80 rakaat, tapi biasanya kalau guru mulia kita Al Habib Umar bin Hafidz hanya ikut sebanyak 3 x, jadi 60 rakaat. Beliau biasanya ikut 3X shalat tarawih setiap malamnya. Shalat tarawih yang pertama 2 juz, kemudian ikut di Masjid Ba’alawi 20 rakaat, ikut lagi di Masjid Muhdhor 20 rakaat, 60 rakaat setiap malam.
Subuh mereka dimasjid dan membaca Alqur'an hingga matahari terbit (Isyraq, sekita 1.50 menit setelah adzan subuh)., lalu pulang dan istirahat.
Sabda Rasulullah SAW. :
أَتَاكُمْ أَهْلَ اْليَمَن هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَلْيَنُ قُلُوْبًا اَلْإِيْمَانُ يَمَانٌ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَّةٌ
“ Datang kepada kalian penduduk Yaman mereka lebih ramah perasaannya dan lebih lembut hatinya, iman adalah penduduk Yaman dan hikmah kemuliaan ada pada penduduk Yaman .” ( Shahih Al Bukhari )
 
Sumber : https://www.facebook.com/surabayahubbunnabi