AWWALAN

Minggu, 26 Februari 2012

KASIH SAYANGNYA ROSULULLOH SAW KEPADA UMMATNYA

     Dalam mau’izhahnya Habib Ali Zainal Abidin Al-Kaff mengisahkan ihwal Rasulullah SAW mencari umatnya yang masih terselib di neraka.

Ketika surga dan neraka telah terkunci, dan semua umat manusia telah dimasukkan ke dalam surga dan neraka sesuai dengan amalannya dan mereka telah menikmati ganjaran atau merasakan hukuman atas apa yang mereka kerjakan dalam waktu yang begitu lama, Allah SWT menanyakan kepada Malaikat Jibril, subhanallah sesungguhnya Allah Mahatahu, “Apakah ada umat Muhammad SAW yang masih tertinggal di dalam neraka?”
 
Maka Malaikat Jibril pun pergi ke neraka Jahanam.
Neraka Jahanam yang begitu gelap tiba-tiba berubah menjadi terang benderang karena kedatangan Jibril.
Para penghuni Jahanam pun bertanya-tanya, siapakah yang datang, mengapa Jahanam tiba-tiba-tiba terang benderang.

Malaikat Jibril pun menjawab bahwa dia adalah Malaikat Jibril, yang diutus oleh Allah SWT untuk mencari apakah ada umat Muhammad yang masih terselib di neraka Jahanam.
Tiba-tiba sekelompok orang berteriak, “Sampaikan salam kami kepada Rasulullah SAW, beri tahukan keadaan kami di tempat ini kepada beliau.”

Jibril pun keluar dari neraka Jahanam dan pergi ke surga untuk memberitahukan hal itu  kepada Rasulullah.
Rasulullah begitu bersedih mendengar bahwa masih ada umatnya yang tertinggal di dalam neraka dalam waktu yang sudah begitu lama. Beliau tidak ridha ada umatnya yang masih tertinggal di neraka walau dosanya sepenuh bumi.

Rasulullah SAW pun bergegas hendak pergi neraka.
Tapi di perjalanan beliau terhadang oleh garis batas Malaikat Israfil. Tidak ada seorang pun boleh melintasi garis itu kalau tidak seizin Allah SWT.

Rasulullah SAW pun mengadu kepada Allah SWT, dan akhirnya beliau diizinkan.
Tapi sesudah itu Allah SWT mengingatkan Rasulullah bahwa umat itu telah meremehkan beliau. “Ya Allah, izinkan aku memberi syafa’at kepada mereka itu walau mereka punya hanya punya iman sebesar zarrah.”
Sesampainya Rasulullah di neraka Jahanam, padamlah api neraka yang begitu dahsyat itu.
Penduduk Jahanam pun berucap, “Apa yang terjadi, mengapa api Jahanam ini tiba-tiba padam? Siapakah yang datang lagi?”
Rasulullah SAW menjawab, “Aku Muhammad SAW yang datang, siapa di antara kalian yang jadi umatku dan punya iman sebesar zarrah, aku datang untuk mengeluarkannya.”
Demikianlah kecintaan Rasulullah kepada umatnya, beliau akan memperjuangkannya sampai di hadapan Allah SWT. Lalu bagaimana kecintaan kita sebagai umat Rasulullah SAW kepada pribadi yang begitu agung itu?

WANITA SHOLEHAH

Ini adalah sebuah cerita oleh-oleh dari yang disampaikan oleh Al Hubabah Nur Al Haddar, dari Hadramaut dalam majlis beliau di kota2 yg bliau kunjungi selama di Indonesia , 

   cerita yang sangat menyentuh hati pendengarnya dan cerita yang bisa menjadi sebuah tamparan bagi orang-orang yang menyatakan begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya, bisa menjadi tamparan bagi orang yang menyatakan begitu mencintai dan mengidolakan Sayyidatunaa Fatimatuzzahra dan Sayyidinaa Ali Karramallahu wajhahu.


   Cerita ini bermula di Pesantren Daarul Musthafa, pimpinan Al Habib Umar Bin Hafidh Bin Syech Abu Bakar. Tercatatlah dalam pesantren seorang santri yang bernama THOYYIBAH, seorang santri keturunan Pakistan warga negara Inggris, sejak kecil dia mengaku orang Islam meski tidak menjalankan segala syariat-syariat agama, shalat ditinggalkan, puasa dilupakan, hingga suatu hari tergerak hatinya untuk kembali kepada agamanya, cari-cari informasi, dimanakah bisa mempelajari Islam yang murni, maka sampailah dia di Daarul Musthafa, Taarim. THOYYIBAH belajar dengan sungguh-sungguh semua ajaran Rasulullah, kepribadian Rasulullah, kepribadian Sayyidatunaa Fatimatuzzahra RA, kebiasaan para Salafus Shalih dan dia benar-benar damai dan benar-benar menemukan yang dia cari.



     Hingga suatu ketika ada seorang santri putra di pondok Habib Umar, Amin namanya, seorang muallaf dari Inggris menyampaikan keinginan kepada Habib Umar ingin menikah, dia mencari yang sama-sama orang Inggris, karena dia berkeinginan kelak ingin berdakwah bersama istrinya kembali ke negrinya Inggris. Mengetahui hal itu Al Hubabah Nur menawarkan seorang Amin kepada THOYYIBAH. Mendengar itu THOYYIBAH menyatakan akan beristikhara dan mengharap Al Hubabah Nur juga melakukan istikhara untuk dia sebelum dia mengambil keputusan.
Hingga beberapa waktu THOYYIBAH belum mendengar lagi kelanjutannya dari Al Hubabah Nur. Pada suatu saat perjumpaan THOYYIBAH dengan Al Hubabah Nur, dia tanyakan perihal istikhara' Hubabah. Hubabah menjawab belum melakukan istikhara' dan lupa karena kesibukan yang sangat di pesantren. THOYYIBAH menyatakan ke Hubabah, tidak apa-apa karena saya sudah istikhara' dan TADI MALAM RASULULLAH MENDATANGI SAYA DAN BELIAU MENYATAKAN AMIN ADALAH HADIAH DARIKU UNTUKMU................Allahu Akbar.....
seorang THOYYIBAH mendapat kehormatan dijumpai oleh RASULULLAH dengan menyampaikan sebuah kabar gembira untuknya...........Subhanallah Wal Hamdulillah Wa Laa Ilaaha Illallah.....
batin siapa yang tidak tergetar oleh cerita ini......

ceritapun berlanjut....
menjelang pernikahan, Hubabah meminta kepada sejumlah orang untuk mengantar Thayyibah membeli perlengkapan untuk persiapan pernikahannya, diantarlah Thoyyibah ke kota Seiwun, ke sebuah toko untuk membeli baju-baju dan perlengkapan make up dan lain-lainnya, selama berjam-jam dia berputar keliling toko ternyata Thoyyibah hanya membeli satu baju, oleh para pengantarnya ditanya, mengapa hanya satu baju, dia menjawab, AKU MASIH PUNYA SATU BAJU YANG CUKUP BAGUS DI RUMAH YANG BISA AKU PAKAI, SAYYIDATUNAA FATIMATUZ ZAHRA' HANYA MEMPUNYAI DUA BAJU MENJELANG PERNIKAHANNYA, aku takut membeli lebih sedangkan Sayyyidatunaa Fatimatuz Zahra hanya punya dua baju, bagaimana aku dihadapannya kelak..........

Allahu Akbar..........belum selesai cerita ini.....

Oleh pengantar-pengantarnya Thoyyibah juga diingatkan untuk membeli make up dan maaf...under wear yang bisa dia gunakan nt dihadapan suaminya....tapi apa jawabannya.....
STTTTTT........ITU ADALAH AIB, AIB, TIDAK PANTAS UNTUK DIBICARAKAN, ITU MASALAH SUAMI SITRI DAN ORANG LAIN TIDAK PERLU TAHU....

sampailah pada hari pernikahannya, beberapa orang sibuk membantu memperindah kamarnya, dan dia melarang orang-orang itu, biarlah seperti ini,


ketika orang-orang akan mendandani dia DENGAN ANEKA MAKE UP, dengan hormat dia  menolak, dan mengatakan SAYYIDATUNAA FATIMATUZZAHRA HANYA MERAPIKAN TRAMBUTNYA DAN MEMAKAI CELAK PADA HARI PERNIKAHANNYA DAN AKU MAU YANG SEPERTI ITU..................

Allahu akbar..............

ketika dia ingin memohon bentuan orang untuk mengencangkan resluiting baju belakangnya dia meminta orang yg ada dikamarnya untuk keluar sejenak, karena dia malu, MALU ADALAH TANDA SIFAT WANITA BERIMAN, dan meminta satu orang saja dengan mematikan lampu hingga tak tampak auratnya......

dan siaplah seorang Thoyyibah dengan dandanan yang SANGAT SEDERHANA, hanya merapikan rambut, dan memakai celak saja, keluar dari kamarnya, tapi apa yang terjadi.........???
semua orang mengucapkan Subhanallah, MAHA SUCI ALLAH YANG MAHA MENGINDAHKAN SEORANG HAMBA, YANG MAHA MENCANTIKKAN SEORANG HAMBA.  DENGAN DANDANAN YANG SEDERHANA WAJAH THOYYIBAH BEGITU BERSINAR, MEMANCARKAN CAHAYA ILAHI, BAGAI BIDADARI TURUN DARI LANGIT, SANGAT CANTIK, JAUUUUHHHH LEBIH CANTIK DARI BIASANYA.

 Hingga dihantarkanlah mereka ke rumah yang akan ditinggali mereka berdua. Keesokan harinya Hubabah Nur meminta seseorang untuk mengantar sarapan ke rumah mereka, sesampai di sana, di ketok2 pintu tidak ada jawaban, hingga kembalilah ia, hingga siang hari Hubabah meminta kembali diantarkan makanan untuk mereka, diketok2 belum juga ada jawaban, hingga ketika akan kembali, pengantar makanan tadi melihat pasangan ini sedang berjalan menuju rumahnya,
ohh...aku mengantarkan apa yang diminta hababah untuk kalian tetapi sedari tadi aku ketuk pintu rumahmu tidak ada jawaban.



apa jawab mereka, kami baru saja berziarah ke ZANBAL, tempat dimana dimakamkan begitu banyak Auliya Allah di sana dan mereka ke sana dengan jalan kaki pada panas yang terik yg jika dihitung sama dengan 10 menit berkendaraan mobil.

SEPASANG PENGANTIN BARU BERJALAN DI PANAS TERIK MENUJU TEMPAT PARA AULIYA ALLAH DIMAKAMKAN, UNTUK BERTAWASSUL KEPADA MEREKA SEMUA......

Bisakah kita bayangkan yang seperti itu.....???

Apakah kita merasa begitu mulia? lebih mulia dari seorang Thoyyibah hanya karena ada darah dzurriyat Rasul dalam tubuh kita?
Benarkah kita begitu mencintai Allah Robbul Jalal ?
benarkah kita begitu mencintai kekasih Allah Sayyidinaa Rasulillah SAW dan menjadikan Beliau SAW satu-satunya panutan bagi kita ?
apakah Sayyidatunaa Fatimatuzzahra dan Sayyidinaa Ali panutan kita?
Hanya diri kita lah yang masing-masing tahu jawabannya. T_T

Yaa Allah, tak terasa bulir-bulir bening mengucur deras dari mata hamba
Bersimpuh hamba kepada-Mu
Mohon ampun Yaa Allah
Ampuni yang hina ini Yaa Allah........
Ampuni.........
Ampuni.........
Ampuni Yaa Allah........
Jangan pernah Engkau palingkan wajah-Mu walau hanya sekedipan mata dari kami Yaa Allah Yaa Robb.......
Tak sanggup Yaa Allah......
Tak sanggup Yaa Allah.......


 @adamalatas

AMALAN RINGAN PENGHAPUS SELURUH DOSA

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah bercerita: Pada suatu hari, seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW seraya berkata, "Ya Rasulullah, sungguh aku telah melakukan perbuatan maksiat. Aku memohon padamu agar berkenan memintakan ampunan kepada Allah untukku." Rasulullah kemudian bertanya, "Apakah maksiat yang telah engkau lakukan?" Laki-laki itu menjawab, "Ya Rasulullah, aku sangat merasa malu untuk mengatakannya kepadamu." Rasulullah kembali bertanya, "Mengapa engkau malu mengatakan kepadaku tentang maksiat yang engkau lakukan, sementara engkau tidak merasa malu kepada Allah ketika engkau melakukannya. Padahal Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu."

Rupanya orang itu terlalu sensitif mendengar nasehat Rasulullah dan salah menyimpulkan. Ia mengira Rasulullah menyindirnya dan tak berkenan mendoakannya. Lelaki itu lantas keluar dan pergi. Dia menangis. Hatinya diliputi perasaan sedih dan putus asa karena merasa sudah tidak memiliki tempat bergantung untuk menyelesaikan masalah lagi.Tiba-tiba datang malaikat Jibril kepada Rasulullah seraya berkata, "Hai Rasulullah, mengapa engkau membuat seorang yang berdosa berputus asa? Padahal ia memiliki amal yang dapat menghapus dosa, sekalipun dosa yang dilakukannya sangat besar." Rasulullah kemudian bertanya, "Hai Jibril, seperti apakah amal yang dapat menghapus dosa?"

Jibril menjawab, "Dia memiliki anak yang masih kecil. Setiap kali ia pulang ke rumah, ia langsung menemui anaknya dan memberikan sesuatu kepadanya sehingga anaknya merasa gembira. Yang demikian itu adalah penebus dosa yang mahal harganya."


       oleh Adam Alatas pada 21 Februari 2012 pukul 18:41 ·

ALLAH PUN TERSENYUM

    Pernahkah Tuhan tersenyum, atau melucu? Dalam kitab suci tak saya temukan dua hal itu. Begitu juga dalam hadis nabi. Pemahaman tekstual saya atas agama terbatas. Pengajian saya masih randah, kata orang Minang.


    Tapi kalau soalnya cuma "adakah khatib yang melucu, atau marah," saya punya data. Di tahun 1978, seorang khatib melucu di masjid UI Rawamangun. Akibatnya, jemaah yang tadinya sudah liyep-liyep jadi melek penuh.


     Mereka menyimak pesan Jumat, sambil senyum. Tapi khatib ini tak cuma menghasilkan senyum itu. Ia diganyang oleh khatib yang naik mimbar Jumat berikutnya. "Agama bukan barang lucu," semburnya. "Dan tak perlu dibikin lelucon. Mimbar Jumat bukan arena humor. Karena itu, sengaja melucu dalam khotbah dilarang ..." Vonis jatuh. Marah khatib kita ini. Dan saya mencatat "tambahan" larangan satu lagi. Sebelum itu demonstrasi mahasiswa sudah dilarang "yang berwajib". 


Senat dan Dewan dibekukan. Milik mahasiswa yang tinggal satu itu, "melucu buat mengejek diri sendiri", akhirnya dilarang juga. Kita memang perlu norma. Tapi juga perlu kelonggaran. Maka, saya khawatir kalau menguap di masjid bakal dilarang. Siapa tahu, di rumah Allah hal itu tak sopan. Buat jemaah yang suka menguap macam saya, karena jarang setuju dengan isi khotbah, belum adanya larangan itu melegakan. Saya dengar Komar dikritik banyak pihak. Soalnya, dalam ceramah agamanya ia melucu. 


      Tapi Komar punya alasan sahih. Ia, konon, sering mengamati sekitar. Di kampungnya, banyak anak muda tak tertarik pada ceramah agama. "Mengapa?" tanya Pak Haji Komar. "Karena isinya cuma sejumlah ancaman neraka." Wah ... Itu sebabnya ia, yang memang pelawak, memberi warna humor dalam ceramahnya. Dan remaja pun pada hadir. 


       Saya suka sufisme. Di sana Tuhan dilukiskan serba ramah. Dan bukannya marah melulu macam gambaran kita. A'u dibaca angu, tidak bisa. Dzubi jadi dubi, tidak boleh. Khotbah lucu, jangan. Lho? Bukankah alam ini pun "khotbah" Tuhan? Langit selebar itu tanpa tiang, bulan bergayut tanpa cantelan dan aman, apa bukan "khotbah" maha jenaka? Apa salahnya humor dalam agama? Di tahun 1960-an, Marhaen ingin hidup mati di belakang Bung Karno. 


         Dalam humor, saya cukup di belakang Bung Komar. Artinya, bagi saya, humor agama bikin sehat iman. Dus, tidak haram jadah. Di Universitas Monash saya temukan stiker: "Jangan bawa organmu ke surga. Orang surga sudah tahu kita lebih memerlukannya di sini". Imbauan ini bukan dari Gereja, melainkan dari koperasi kredit. Intinya: kita diajak berkoperasi. Dengan itu kita santuni kaum duafa, kaum lemah. Ini pun "khotbah" lucu. Dalam kisah sufi ada disebut cerita seorang gaek penyembah patung. Ia menyembah tanpa pamrih. Tapi di usia ke-70 ia punya kebutuhan penting. 



         Doa pun diajukan. Sayang, patung itu cuma diam. Kakek kecewa. Ia minta pada Allah. Dan ajaib: dikabulkan. Bukan urusan dia bila masalah kemudian timbul, sebab Allah-lah, bukan dia, yang diprotes oleh para malaikat. "Mengapa ya, Allah, Kaukabulkan doa si kakek? Lupakah Kau ia penyembah patung? Bukankah ia kafir yang nyata?" Allah senyum. "Betul," jawabnya, "Tapi kalau bukan Aku, siapa akan mengabulkan doanya? Kalau Aku pun diam, lalu apa bedanya Aku dengan patung?" Siang malam aku pun berdoa, semoga humor kaum sufi ini tak dilarang.
                             


                                                                                                                            Tempo 27 Oktober 1990